Google
 

Kamis, 17 November 2011

Krisis Peso di Meksiko 1994


Di awal tahun 1990-an, Meksiko adalah negara dengan perekonomian yang sedang tumbuh dengan cukup baik. Hasil ekspor sektor manufakturnya menyumbang hingga lebih dari dua per tiga total devisa Meksiko. Nilai impor Meksiko meningkat tajam seiring adanya liberalisasi perdagangan dari US$11 miliar pada 1987 menjadi US$48 miliar di tahun 1992. Tahun 1991 tercatat ada sekitar 137 ribu perusahaan manufaktur yang beroperasi di Meksiko. Sektor manufaktur tumbuh pesat di Meksiko karena besarnya jumlah sumber daya manusia terampil di sana, besarnya pangsa pasar konsumsi, serta rendahnya biaya distribusi. Namun, pada bulan Desember 1994 terjadi devaluasi terhadap nilai tukar peso secara tiba-tiba, dan dimulailah krisis ekonomi Meksiko yang dikenal dengan istilah Krisis Peso Meksiko. Krisis terparah sepanjang sejarah Meksiko itu mengakibatkan lebih dari 50% penduduknya jatuh ke jurang kemiskinan. Apa yang menjadi penyebab krisis ekonomi di Meksiko tahun 90-an tersebut?
Cekidot Gan..

Dampak krisis ekonomi Meksiko yang meluas hingga ke beberapa negara di Amerika Latin dikenal dengan istilah Tequila Effect. Dalam bahasa Spanyol, krisis tersebut mendapat sebutan lain, yakni El Error De Diciembre (Kekeliruan di bulan Desember). Istilah itu dipopulerkan oleh mantan Presiden Meksiko Carlos Salinas de Gortari sebagai bentuk deskripsi atas kebijakan Presiden Zedillo yang secara tiba-tiba mengganti kebijakan mata uang ketat menjadi mata uang mengambang. Meskipun pada saat itu banyak ekonom yang menyatakan bahwa kebijakan devaluasi adalah keputusan yang sangat tepat untuk mengatasi krisis, pendukung Salinas tetap menganggap bahwa proses devaluasi itu merupakan kesalahan pada level politik. 

Beberapa analis berpendapat bahwa akar krisis ekonomi Meksiko adalah karena kesalahan kebijakan politik mantan Presiden Salinas de Gortari ketika berkuasa yang berakhir pada defisit anggaran negara. Sebagaimana siklus pemilu pada umumnya, kecenderungan pemberian stimulus ekonomi di masa pra-pemilu, pelan tapi pasti, akan berakhir pada ketidakstabilan ekonomi pasca pemilu. Ada pula yang mengamati tren peningkatan kuantitas kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan selama periode tingkat suku bunga rendah sebelumnya. 

Ekonom Hufbauer dand Schott (2005) dari Institute for International Economics memberikan beberapa komentar atas kekeliruan kebijakan ekonomi makro yang menimbulkan krisis. Menurut mereka, 1994 adalah tahun terakhir pemerintahan Carlos Salinas de Gortari. Sebagaimana presiden-presiden sebelumnya dari Partai Revolusi Institusi (PRI), pada saat menjelang pemilu, presiden dan PRI sangat boros dalam hal pengeluaran untuk biaya politik hingga mengakibatkan defisit anggaran negara. Untuk menutupi defisit anggaran tersebut, Salinas mengeluarkan Tesobonos, sejenis surat utang atau instrumen utang yang berdenominasi dalam peso tetapi diindeks dalam dollar. Faktor lainnya adalah adanya fakta bahwa perbankan Meksiko telah menerapkan praktik perbankan kotor yang korup dan mendapat pengaruh besar dari perilaku keluarga dan kroni-kroni Salinas yang doyan rente. Selain itu, kelompok pemberontak Zapatista Army of National Liberation (EZLN) secara resmi mendeklarasikan perang terhadap pemerintah Meksiko pada 1 Januari 1995. Meski konflik bersenjata segera berakhir dalam waktu dua minggu kemudian, para investor tetap saja merasa khawatir dengan kondisi stabilitas keamanan Meksiko.

Gregory Mankiw dalam buku Macroeconomics edisi ke-5 menjelaskan pendapatnya bahwa country risk -lah yang menjadi pencetus krisis. Aksi kekerasan yang dilancarkan oleh kelompok pemberontak Zapatista Army of National Liberation (EZLN) di Chiapas tahun 1994 terjadi bersamaan dengan pembunuhan calon Presiden Luis Donaldo Colosio. Peristiwa tersebut membuat masa depan politik Meksiko makin suram bagi kalangan investor yang kemudian mulai menempatkan premi risiko yang lebih besar pada aset-aset Meksiko. Meksiko menggunakan sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) yang menerima peso selama reaksi investor terhadap premi risiko negara lebih tinggi dan membayar dengan dollar. Namun, Meksiko tidak memiliki cadangan devisa yang cukup untuk mempertahankan nilai tukar tetap dan sudah kehabisan dolar di penghujung tahun 1994. Peso lalu didevaluasi meski pemerintah sebelumnya telah menjanjikan hal yang sebaliknya, peso tidak akan didevaluasi, sehingga membuat para investor ketakutan dan lebih meningkatkan profil risikonya. Saat pemerintah berupaya memperpanjang surat utang yang jatuh tempo, para  investor tak mau membeli surat utang pemerintah dan default menjadi pilhan yang sangat mungkin. Menurut Mankiw, krisis kepercayaan telah merusak sistem perbankan yang kemudian mempengaruhi kepercayaan para investor.

Seiring dengan meningkatnya defisit transaksi berjalan, meningkatnya pengeluaran pemerintah, serta maraknya berbagai kekhawatiran seperti yang telah dijelaskan oleh para ekonom menjadi peringatan bagi mereka yang sudah terlanjur membeli Tesobonos. Para investor segera menjual Tesobonos yang telah mereka beli dan makin menguras cadangan bank sentral yang memang sudah menipis. Dihadapkan pada fakta bahwa tahun 1994 adalah tahun pemilu yang hasilnya sangat tidak pasti, bank sentral Meksiko Banco de México memutuskan untuk membeli Surat Utang Negara demi menjaga stabilitas moneter sekaligus menjaga tingkat suku bunga agar tidak naik terlalu tinggi. Hal itu kemudian mengakibatkan penurunan cadangan dolar yang jauh lebih besar. Namun, tidak ada hal positif yang dilakukan selama lima bulan terakhir masa pemerintahan Salinas. Beberapa kritik yang muncul di publik antara lain menyebutkan bahwa Salinas hanya ingin menjaga popularitasnya karena ia sedang mencari dukungan internasional untuk menjadi direktur jendral WTO.

Zedillo mulai menjabat sebagai Presiden Meksiko secara resmi pada 1 Desember 1994. Beberapa hari setelah melakukan pertemuan tertutup dengan beberapa pengusaha Meksiko untuk meminta pendapat tentang rencana devaluasi, Zedillo mengumumkan bahwa pemerintahannya akan membiarkan rentang fixed rate meningkat hingga 15 persen (hingga 4 peso per US dollar) dengan menghentikan kebijakan pemerintahan sebelumnya untuk menjaga agar peso berada pada posisi fixed. Pemerintah tak berdaya melawan kekuatan pasar alias tak mampu melakukan apa pun, hingga pada akhirnya terpaksa membiarkan kurs terus mengambang. Di bawah rezim mata uang mengambang. Peso pun terperosok  dari 4 peso per dolar AS menjadi 7,2 peso per dolar AS hanya dalam kurun waktu satu minggu saja.


Mutiara Hikmah 

Premi risiko negara (country's risk premium) cukup terpengaruh oleh pemberontakan bersenjata di Chiapas. Para investor jelas enggan menanamkan uangnya di negara yang tidak stabil. Kondisi keuangan pemerintah Meksiko dan ketersediaan uang tunai terganggu oleh peningkatan pengeluaran selama dua dekade, satu periode hiperinflasi sejak 1985 hingga 1993 serta meningkatnya beban utang. Pada awalnya, kenaikan premi risiko tidak mempengaruhi nilai peso, karena Meksiko beroperasi dengan kurs tetap. Sebagaimana kita lihat, dengan kurs tetap, bank sentral sepakat untuk memperdagangkan peso sebagai mata uang domestik untuk mata uang asing (dolar) pada tingkat yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, ketika kenaikan premi risiko negara itu menekan nilai peso, Bank Sentral Meksiko harus menerima peso dan membayar dengan dolar. Intervensi pasar valas secara otomatis ini mengurangi jumlah uang beredar di Meksiko ketika mata uang mau tidak mau mengalami depresiasi. Namun, cadangan mata uang asing Meksiko terlalu kecil untuk mempertahankan kurs tetap. Ketika Meksiko kehabisan dolar pada akhir tahun 1994, pemerintah Meksiko mengumumkan devaluasi peso. Akan tetapi, pilihan itu malah memukul balik karena pemerintah telah berulang kali berjanji tidak akan melakukan devaluasi. Investor bahkan menjadi semakin tidak percaya kepada pembuat kebijakan Meksiko dan takut akan terjadi devaluasi lanjutan. 

Investor di seluruh dunia (termasuk investor di Meksiko) menolak membeli aset-aset Meksiko. Premi risiko negara kembali naik dan kian mendorong naik tingkat bunga dan menekan peso ke bawah. Pasar saham Meksiko anjlok. Ketika pemerintah Meksiko perlu melakukan penjadwalan ulang sebagian utangnya yang jatuh tempo, investor tidak bersedia memberikan utang baru. Tidak mampu membayar utang (default) menjadi satu-satunya pilihan pemerintah Meksiko saat itu. Dalam beberapa bulan saja Meksiko berubah dari perekonomian yang sedang tumbuh menjadi perekonomian penuh risiko dengan pemerintahan di ambang kebangkrutan. 

Dari krisis peso Meksiko, sekali lagi secara ilmiah dapat kita buktikan bahwa utang yang unsustainable akan berujung pada krisis keuangan dan krisis ekonomi. Pemerintah yang boros, populis, hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan, akan terus menciptakan utang-utang baru tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya yang sangat destruktif terhadap masa depan rakyat. Mari kita doakan semoga pemerintah Indonesia segera mendapat hidayah dari Allah SWT, menghentikan segala bentuk utang yang berbau riba, dan kita semua kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Semoga.

2 komentar: