Kali ini kita akan melihat kembali peristiwa krisis keuangan yang terjadi pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat. Peristiwa itu dikenal dengan istilah Panic of 1907, yakni krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat di mana bursa saham jatuh hingga mencapai angka 50% dari puncak tahun 1906. Kepanikan ini bermula dari kegagalan Otto Heinze untuk menggoreng (cornering) saham United Copper pada 17 Oktober 1907 yang menyebabkan Otto Heinze tidak dapat membayar utang-utangnya. Kegagalan ini menyebabkan bank tempat Otto Heinze menjaminkan saham United Copper yang dimilikinya, State Savings Bank of Butte Montana mengumumkan kebangkrutannya. Bank Montana ini adalah milik F. Augustus Heinze, saudaranya Otto. Kepanikan segera menular ke Mercantile Bank karena bank ini merupakan bank korespondensi dari Bank Montana.
Para nasabah segera menyerbu ke bank tersebut untuk menarik simpanannya. Tidak hanya sampai di situ, para nasabah mulai menyerbu National Bank of North America dan New Amsterdam National miliki Charles W. Morse yang merupakan rekan dari Heinze.
Penarikan dana besar-besaran (rush) tidak hanya melanda bank, namun juga perusahaan trust (semacam manajer investasi). Perusahaan trust pertama yang terkena adalah Knickerbocker Trust Company, perusahaan trust terbesar ketiga di New York. Para nasabah melakukan rush karena perusahaan trust ini adalah milik Charles T. Barney yang diduga memberikan dana bagi Heinz untuk melakukan cornering. Kepanikan segera menjalar ke perusahaan trust lain yaitu Trust Company of America dan Lincoln Trust Company.
Pada Kamis, 24 Oktober 1907, serangkaian kesulitan likuiditas mulai melanda Twelfth Ward Bank, Empire City Savings Bank, Hamilton Bank of New York, First National Bank of Brooklyn, International Trust Company of New York, Williamsburg Trust Company of Brooklyn, Borough Bank of Brooklyn, Jenkins Trust Company, dan Union Trust Company of Providence.
J.P Morgan yang merupakan bankir terbesar di New York pada saat itu, setelah mendengar kabar kepanikan yang melanda perbankan, segera mengumpulkan para bankir dan Treasury Secretary, George B. Cortelyeu untuk membahas permasalahan ini. Mereka memutuskan untuk menyelamatkan Trust Company of America dengan menyuntikkan dana sebesar $8.25 juta. Selain itu Cortelyeu juga berkomitmen untuk menyuntikkan dana sebesar $25 juta ke bank-bank lain agar dapat bisa tetap menjalankan fungsinya.
Meskipun telah mendapatkan suntikan dana, bank-bank di New York masih enggan untuk memberikan pinjaman jangka pendek yang diperlukan untuk memfasilitasi perdagangan saham harian. Akibatnya, kegiatan perdagangan saham di NYSE hampir disuspensi. Pada hari Kamis itu, tanggal 24 Oktober atas bujukan Morgan, para direktur bank bersedia untuk menyuntikkan dana sebesar $23.6 juta agar bursa tidak disuspend. Hari Jumat keesokan harinya, kepanikan semakin bertambah. Kali ini Morgan hanya mampu membujuk para bankir untuk menyuntikkan dana sebesar $9.7 juta. Akhirnya diputuskan bahwa dana ini hanya diperuntukkan untuk memfasilitasi transaksi non-margin.
Untuk memastikan kelancaran aliran pada perdagangan hari Senin, New York Clearing House mengeluarkan sertifikikat pinjaman sebesar $100 juta yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perdagangan saham. Peranan J.P Morgan yang sangat besar dalam mengatasi kepanikan ini mendapatkan pujian dari Lord Rothschild, bankir terbesar di Eropa.
Ketika keadaan mulai tenang, pada hari Sabtu tanggal 2 November muncul permasalahan baru. Salah satu perusahaan pialang terbesar, Moore & Schley terancam bangkrut. Moore & Schley meminjam dalam jumlah besar dengan menggunakan saham Tennessee Coal, Iron and Railroad Company (TC&I) sebagai jaminan. Kejatuhan dalam harga saham tersebut menyebabkan banyak bank tempat pialang tersebut menjaminkan saham TC&I memerintahkan Moore & Schley untuk melunasi utangnya. Menghadapi permasalahan ini, Morgan segera menggelar konferensi dadakan hari Sabtu pagi itu. Konferensi tersebut dihadiri oleh direktur dari 40-50 bank.
Sementara itu, Trust Company of America dan the Lincoln Trust juga terancam tutup hari Senin karena masih saja menghadapi permintaan penarikan dana dari para nasabahnya. Pada saat itu, Trust Company of America memiliki kewajiban untuk memenuhi permintaan penarikan dana dari nasabahnya sebesar $1 juta. Akhirnya tercapai kesepakatan dari para bankir untuk kembali menyuntikkan dana sebesar 25 juta dollar untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan trust. Untuk menyelesaikan permasalahan Moore & Schley, U.S Steel Corporation bersedia untuk mengakuisisi TC&I. Akhirnya rencana akuisisi tersebut disetujui oleh Presiden Theodore Roosevelt yang sebenarnya sedang menerapkan Sherman Antitrust Act untuk melawan praktik monopoli. Ketika berita penyelamatan perusahaan trust dan adanya akusisi TC&I oleh U.S Steel Corporation mulai menyebar, kepercayaan masyarakat kembali pulih dan kepanikan ini berakhir.
Akar masalah Panic of 1907
Setelah membaca panjang lebar kisah Panic of 1907, menurut Anda apa yang menjadi akar masalah krisis pada tahun itu? krisis kepercayaan dan krisis likuiditas? Jelas bukan, keduanya bukan penyebab krisis, tetapi dampak krisis. Akar masalahnya sudah kita singgung di awal cerita, yakni utang yang unsustainable. Untuk menjaga kesinambungan bisnisnya, Otto Heinze mengambil langkah yang kurang tepat, yakni berutang dalam jumlah besar dan ia tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan utang tersebut. Lebih parahnya lagi, ketika terdesak harus mengembalikan utang, ia malah melakukan hal yang lebih berbahaya, menggoreng saham United Copper yang dimilikinya.
Dari kisah ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmahnya. Pertama, akar terjadinya krisis keuangan adalah utang yang tidak dikelola dengan baik (unsustainable debt), bukan hal lain. Kedua, kalau kita tidak mau terkena imbas krisis keuangan global, please, jangan ngutang, apa pun bentuk utang itu.
Ingatlah selalu: No Debt, No Crisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar