Google
 

Kamis, 05 Juni 2008

Munehisa Homma (Bagian 3)

Ketika Homma putus asa dalam membuat terobosan intelektual, dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia pergi ke kebun kecilnya dimana ada satu batu besar berlumut yang ditempatkan dengan strategis di antara sungai kecil dan dua pohon buah Seri tua. Homma menatapi batu itu dan diam dalam perenungan. “Wa” (keseimbangan) kembali hadir dalam pikirannya. Sesuatu dalam dirinya memaksa ia kembali melakukan riset. Instingnya mengatakan bahwa jika dia dapat membaca sebagian kecil saja bahasa aneh itu maka masalah akan terselesaikan, tetapi pencarian tampaknya tak pernah berakhir.

Homma memberi nama ke masing-masing simbol dan mencari rangkaian yang berulang. Hal itu menjadi pekerjaan yang sangat sulit karena ada banyak sekali simbol. Setelah bertahun-tahun, Homma secara bertahap memperoleh sesuatu yang ia cari. Hal itu tidak datang begitu saja tetapi merupakan hasil dari pemahaman. Tentu saja ini merupakan pengetahuan yang langka. Akhirnya Homma meninggalkan sementara bisnis keluarganya dan menarik kertas perkamen padi besar ke sisinya. Dia terpesona menatap lembaran-lembaran perkamen itu, kemudian ia mencelupkan alat tulisnya yang terbuat dari bulu ke dalam tinta, ia mengatur catatannya, dan dengan hati-hati menggambar segi empat kecil ke arah yang tepat, lalu menggambar garis kecil dari puncak segi empat ke arah atas. Kemudian ia menggambar garis lain yang sama panjang pada bagian bawah segi empat tersebut. Dengan tenang dan latihan yang lama ia akhirnya mewarnai segi empat itu dengan tinta merah dan kembali duduk. Ia mengulangi cara tersebut pada beberapa kertas perkamen lain dan berhati-hati menempatkan setiap lembar hingga tintanya kering.

Homma memandangi gambarnya selama satu jam seraya meneguk secangkir teh Sencha. Ia sudah mencapai tahap dimana ia dapat membaca beberapa simbol rahasia. Pada saatnya nanti ia akan menguasai semuanya. Ia memahami bahwa semuanya memiliki konsekuensi. Satu simbol mengindikasikan beberapa kemngkinan, sementara simbol yang lain memiliki arti berbeda. Dari pemahamannya yang terbatas, ia mengisolasi satu kelompok kecil simbol dan memperhatikan apa yang terjadi ketika urutan spesifik muncul. Ia telah menguji urutan ini dalam risetnya ratusan kali dan ia telah melihat pengulangannya berkali-kali. Risetnya meliputi arsip selama lebih dari 1500 tahun. Tak seorang pun pernah mengamati suatu peristiwa yang muncul kembali dalam jangka waktu yang sangat lama seperti itu. Kini akhirnya ia siap.

Besok ia akan pergi meninggalkan pasar beras dan akan memenuhi panggilan kebenarannya, tanpa disadari ia telah mencatatkan dirinya ke dalam lembaran sejarah. Persiapannya telah matang, ia membayangkan membagi pemikiran dan pengetahuannya kepada orang lain. Di penghujung hari, Homma minum secangkir Gyokuro (“embun permata”, teh Jepang yang paling istimewa) untuk merayakan kesuksesan hari ini. Homma hampir saja mempertaruhkan hidupnya. Pertaruhan bukan karena kepastian tetapi karena kemungkinan atau peluang. Dari penelitian Homma yang tiada akhir, ia dapat menghitung probabilitas dengan lebih baik bila dibandingkan dengan orang lain. Homma merasa diberkahi tinggal di Osaka dan yakin diberkahi untuk mengetahui tentang beras. Homma tahu banyak tentang beras. Ini adalah hari pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar